Selasa, 15 Juni 2010

Storyboard Broken Home-UAS Digital Cinematography


















UAS Digital Cinema-Broken Home-Character Design






Ibu





















Ayah
















Anak

UAS Digital Cinema-Broken Home-Character Chart










Character Chart

UAS Digital Cinematography-Broken Home

Script UAS-Broken Home

Script

Scene1

Eye level view, Medium shot. Ayah dan Ibu yang sedang bertengkar.

Scene2

Eye level view. Medium Shot. Sang anak melihat pertengkaran ayah dan ibunya dari balik pintu.

Scene3

Eye level view. Medium shot. Sang anak menutup telinga.

Scene 4

Eye level view, Medium shot. Ayah dan Ibu yang bertengkar lagi. Sang anak yang baru pulang menyaksikan hal itu dan berlari ke kamarnya.

Scene5

Eye level view, Full body shot. Sang anak masuk kamar dan melempar tasnya.

Scene6

Bird Eye level view, Medium shot. Karena kesal, sang anak melempar semua barang dari mejanya.

Scene7

Eye level view. Full body shot. Sang anak berjalan sendirian.

Scene8

Eye Level View. Close up. Menggambarkan perasaan tertekan sang anak.

Scene9

Eye Level View. Close up. Sang anak melarikan diri dengan merokok.

Scene10

Eye level view. Medium shot.Sang anak bersandar di mobil.

Scene 11

Eye Level View. Full body shot. Sang anak jalan sendirian.

Storyline UAS-Broken Home

Storyline

Video ini bercerita tentang sebuah keluarga. Ayah dan Ibunya seringkali bertengkar dan terancam bercerai. Sang anak yang melihat dan berada dalam kondisi ini menjadi sangat tertekan, sehingga mencari pelarian ke hal-hal negatif, seperti rokok.

Pesan yang ingin disampaikan dalam video ini adalah bahwa, Perkelahian dan perceraian tidak membawa penyelesaian, melainkan memberikan dampak buruk bagi anak mereka.

Senin, 19 April 2010

script

Script

Halaman 1, 5 panel

Panel 1

Extreme Long Shot, Eye Level View

Area, Pedesaan, pagi hari, suasana yang sepi dan damai, hijau, burung-burung berkicau.

Panel 2

Eye level view

Segare sedang asik bermain suling dibawah pohon.

Panel 3

Eye level view

Segare,”Wah, memang enak ya desaku ini. Udaranya sejuk dan nyaman.”

Panel 4

Eye level view, full shot

Seorang ibu yang pulang dari pasar berjalan kearah Segare duduk.

Panel 5

Eye level view

Segare,”Pagi Bu! Habis belanja ya? Mari saya bantu…”

Ibu,” Tidak usah nak,terimakasih.”

Halaman 2, 4 panel

Panel 1

Eye level view

Segare kembali bermain suling dibawah pohon.

Panel2

Eye level view

Ketut dengan kerbau kesayangannya sedang berjalan mendekati Segare.

Panel 3

Eye level view

Segare, “ mau menggemba;a sapi ya Tut?

Ketut,” iya, ikut yuk Segare!”

Panel 4

Bird view, extreme long shot

Segare dan Ketut sedang berjalan menuju tempat mengembala Sapi.

Halaman 3, 5 panel

Panel 1

Eye level view

Segare dan Ketut sedang asik menikmati pemandangan sambil menunggu si sapi merumput.

Panel 2

Eye level view

Segare memandikan sapi.

Panel 3

Suara bising yang datang dari arah proyek pabrik.

Panel 4

Close up , Eye level view

Segare,” ribut-ribut apa ini?”

Panel 5

Mobil-mobil proyek bangunan.

Halaman 4, 4 panel

Panel 1

Eye level view

Segare,”Ada apa itu?”

Ketut,”Katanya sih akan didirikan pabrik disitu.”

Panel 2

Eye level view

Segare,” Mana bisa begitu? Mereka mengganggu sekali.”

Panel 3

Eye level view

Sapi yang terlihat kebisingan.

Panel 4

Eye level view

Segare bicara pada ketua RT

Halaman 5, 3 panel

Panel 1

Eye level view

Segare,”Kami mohon pengertian Bapak, kami terganggu oleh pabrik yang bapak dirikan.”

Pak Towi, “ Tau apa kamu anak kecil? Dasar orang kampung!!”

Panel 2

Bird view

Beberapa orang berkumpul di dekat pembangunan pabrik.

Panel 3

Eye level view

Pak Towi dan Pak RT yang sedang berdebat.

Halaman 6,3 panel

Panel 1

Segare memisahkan perdebatan Pak Towi dan Pak RT.

Panel 2

Segare memiliki ide untuk membagi dua desa tersebut dan membuat kompetisi.

Panel 3

Akhirnya kedua pihak setuju untuk membuat perjanjian tersebut.

Halaman 7, 4 panel

Panel 1

Segare,”Yang kalah harus mengikuti keinginan yang menang.”

Panel 2

Pak RT,”Kalau kami yang menang, tidak boleh ada pabrik di desa kami!”

Panel 3

Pak Towi,”Kalau kami yang menang, seluruh deas ini menjadi milik kami.

Panel 4

Long shot

Bagian pedesaan dan bagian pabrik.

Halaman 8, 5 panel

Panel 1

Close up, eye level view

Banyak yang menyangsikan bahwa desa mereka bisa menang

Panel 2

Segare meyakinkan bahwa mereka pasti bisa

Panel 3

Orang desa1,”mana mungkin kita dapat mengalahkan teknologi modern”

Panel 4

Orang desa2,” iya, lebih baik kita menyerah saja.”

Panel 5

Eye level view

Segare,” Kalian tidak ingin hidup dalam kebisingan terus menerus kan?

Orang1,”tentu saja tidak.”

Halaman 9, 4 panel

Panel 1

Segare,”Karena itu kita harus tunjukan kalau kita mampu”

Panel2

Orang desa1,”betul juga ya..”

Panel 3

“SEMANGAT”

Panel 4

Medium shot, eye level view

Segare memberitahu masyarakat desa agar mengembangkan kesenian mereka.

Halaman 10, 1 Panel

Panel1

Eye level view

“menari”

Halaman 11, 2 panel

Panel 1

Eye level view

“Barong”

Panel 2

Eye level view

“memahat”

“melukis”

Halaman 12,2 panel

Panel 1

Eye level view

Pak Towi,”saya mengaku kalah, saya akan pergi dari desa ini.”

Panel 2

Masyarakat desa bersorak kegirangan.

Halaman 13, 3 panel

Panel1

Full Shot, Eye Level View

Pengenalan mengenai kebiasaan masyarakat setempat, kebiasaan masyarakat Bali, mulai dari kegiatan rutin untuk mencari nafkah, seperti, ke carik (ke sawah), memancing, ngubuh celeng (memelihara babi), ngangon sampi (gembala sapi).

Panel2

Full Shot, Eye Level View

Hoby, seperti, ngigel (menari), ngelukis (melukis), ngukir (memahat), megamel (menabuh).

Panel3

Full Shot, Eye Level View

HIngga kegiatan lainnya, meceki (gaple), ke pura, metajen (sabung ayam), nyurping (main surfing).

story line

Storyline

Bali. Di suatu desa yang damai, jauh dari keramaian dan kegaduhan kota. Masyarakatnya hidup berdampingan, rukun dan sederhana. Tempat yang sungguh nyaman dan menyenangkan. Namun tiba-tiba semua berubah, sebuah pabrik raksasa didirikan di desa itu, membawa serta kegaduhan dan polusi kota. Tentu saja semua hal itu membuat penduduk desa tersebut menjadi tidak nyaman dan terganggu. mereka menginginkan desa mereka yang seperti dulu. Sepi dan damai. Akhirnya ada seorang pemuda di desa itu yang berjuang untuk mendapatkan kembali desanya yang dulu. Pemuda itu bernama Segare. Dipelopori oleh Segare, maka dibuatlah kesepakatan antara pihak pabrik dan masyarakat desa itu. Mereka membagi dua wilayah desa. Barangsiapa yang wilayahnya lebih maju maka dialah yang menang. Yang kalah harus menyerahkan bagian wilayahnya kepada yang menang. Awalnya,masyarakat desa itu pesimis, namun dengan semangat dan kepercayaan diri yang coba dibangun segare akhirnya masyarakat desa pun berusaha keras untuk mengembangkan wilayah desa mereka. Karena tempat tinggal mereka adalah taruhannya. Akhirya dengan segala kerja keras dan potensi yang dimiliki desa itu, maka wilayah mereka menjadi sangat maju, sehingga mereka yang memenangkan taruhannya. Dari cerita ini, kita dapat mendapat pelajaran bahwa teknologi canggih dan kehidupan modern tidak selalu lebih baik dari kehidupan dan teknologi yang sederhana.

Kamis, 15 April 2010

Senin, 12 April 2010